Aku baru aja baca-baca semua tulisan di blog ini. Semua yang pernah dipublikasikan lalu ditarik jadi draft lagi. Semua yang hanya ditulis setengah jadi. Pokoknya semuanya. Nostalgic, hehe.
Aku baru paham kenapa mas-mas dari uwin ciputat dulu bangga sekali menemukan aku. Aku baru mengerti kenapa mereka dulu mendukung aku gila-gilaan untuk terus menulis dan you know, literally do what i was doing back then, blogging random setiap hari. Aku ingat betul seorang mengirimiku email dan bilang, dia merasa kehidupan SMA-ku kedengaran sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dari miliknya. Baru sekarang aku menyadari itu.
Aku terkikik membaca setiap entri. Aku punya sense humor yang lumayan juga saat itu, hehe. Di beberapa bagian, aku juga menangis. Saat membaca ungkapan rasa sayangku kepada anak-anak, di sana tertulis, "Bahkan jika mereka sudah terlalu besar dan malu untuk datang, bahkan jika aku harus pergi, aku harap aku tetap mencintai mereka seperti saat ini."
Ya ampun. Aku betul-betul malu pada diriku sendiri.
Ternyata ada banyak hal yang berubah. Aku tidak bisa meramalkannya saat itu. Aku tidak repot-repot meramalkannya. Aku hanya menikmati setiap momen yang ada, lalu memotret setiap emosinya dengan tulisan. Emosi itulah yang saat ini mengalir menuju ke arahku. Deras dan tak terbendung. Hidup remaja memang sesederhana itu, ya. Aku harap aku bisa selalu hidup begitu hingga bertahun-tahun mendatang.
Akhir-akhir ini ada terlalu banyak hal yang terjadi. Aku hampir tidak bisa mencerna semuanya dengan baik. Seleksi ini, seleksi itu, revisi ini, revisi itu, mengurus ini, mengurus itu. Aku tidak punya waktu untuk duduk dan mengikat setiap emosi yang lewat. Gara-gara itu, aku berakhir kebingungan. Aku tidak yakin pada apa yang aku rasakan atau aku lakukan. Benarkah begini? Benarkah begitu?
Kadang, aku melonggarkan waktu untuk duduk dan merenung. Tapi semuanya kulakukan dengan tujuan. Misalnya, untuk mengisi formulir beasiswa. Kukira itu cukup. Ternyata tidak. Perenungan harusnya dilakukan tanpa tujuan. Hanya berusaha hadir dan mengecap semua perasaan yang ada.
Jadi, untuk diriku sendiri di masa depan, aku tahu saat ini kamu pasti lebih sibuk. Tapi coba luangkan waktu untuk menuliskan semua yang kamu rasakan. Apa yang kamu alami. Hari yang kamu jalani. Hal-hal aneh yang terjadi. Mungkin sulit mengatur waktu, tapi aku betul-betul berharap kamu melakukannya. Tarik napas yang dalam, kita adalah pribadi yang sama. Aku di usia 24, aku di usia 17, bahkan aku di usia 10 tahun. Semua hal hebat yang sudah kita lalui, itu adalah bagian dari dirimu juga. Tegakkan punggungmu, usap air matamu. I believe that you belong to great scenarios. You don't have to go big, you are big.
Untuk diriku sendiri sekarang, sana mandi, sudah hampir malam.