Sekarang jam sebelas malam lewat seperempat. Hari kerja di antara hari kerja lainnya. Tadi bekerja, besok juga akan bekerja. Aku jarang membaca novel atau menonton drama atau menonton film di hari libur, apalagi hari kerja. Biasanya energiku sangat terbatas. Tapi hari ini berbeda. Aku menonton satu film, judulnya Soulmate. Unggahan ini akan jadi catatan dadakan dan seadanya yang kutulis dengan mata sembab dan hidung merah.
Tunggu, tunggu, aku mengatur napas dulu.
Jujur, aku belum bisa menata emosi dan pikiranku dalam folder-folder dan urutan-urutan yang akan memudahkan cerita ulang tentang film ini. Tapi aku mau mencoba.
Film ini menceritakan kehidupan dua anak perempuan yang bersahabat sejak kecil sampai mereka dewasa. Premis sederhana. Saat kau tumbuh dewasa, banyak hal yang terjadi. Banyak hal yang berubah. Perubahan dan perbedaan menimbulkan perselisihan. Masih biasa, masih merupakan premis sederhana. Hubungan yang renggang, kembali dekat, lalu renggang lagi, dan berakhir dekat lagi. Masih juga merupakan premis sederhana. Sambil mengetik, aku juga mencoba mengingat-ingat apa tepatnya dari film ini yang membuatku begitu penasaran dan ingin menontonnya--di malam hari kerja?
Jawabannya adalah Kim Dami.
Aku tidak punya aktor atau aktris kesukaan yang kuikuti semua film dan dramanya, tetapi entah bagaimana, Kim Dami dalam trailer Soulmate terlihat sangat keren. Mungkin ini bias karena aku juga menonton Our Beloved Summer dan suka sekali dengan Kim Dami yang menggunakan seragam SMA. Bisa juga tidak. Soalnya, dalam trailer film ini, meski hanya sebentar, aku bisa merasakan emosi yang dibawakan. Saat itu juga, aku putuskan bahwa aku akan menonton film ini.
Setelah menyelesaikan filmnya, hal yang paling aku suka ternyata bukan lagi Kim Dami, tetapi alur penceritaan secara keseluruhan. Narasi-narasi yang mengisi adegan dramatis yang cantik. Sudut pandang masing-masing tokoh. Cerita rekaan satu tokoh yang bergantian dengan situasi asli, yang membuatku merasa akhir ceritanya menjadi tidak pasti. Dari dua cerita yang bertolak belakang, dengan akhir cerita yang demikian, kita berhak memilih untuk memercayai yang mana.
Jadi intinya begitu. Film ini emosional. Idenya memang sederhana, tetapi cara penceritaannya indah. Pengambilan gambar juga dilakukan dengan cantik. Aku dibuat bersimpati kepada kedua tokoh utama dan menangis sepanjang cerita.
Aku jadi ingin pergi sendiri.
Nah, alasan aku menulis kembali di blog ini adalah karena Haeun juga menulis di blognya. Oh, dan satu hal lagi yang baru aku sadari. Sepanjang film, aku tidak mendengar ada dialog "I love you" sama sekali, tapi aku bisa merasakan bagaimana semua tokoh saling mencintai satu sama lain. Cantik, ya.