Hai. (as always)
Hari ini aku ada di kamar, blogging sendirian. Eh, nggak. Aku sebenarnya sedang ngerjain tugas. Eh, nggak juga. Aku sebenarnya sedang dikerjain tugas. Persetan, apapun namanya deh. Tapi, tugas anak Psikologi kadang nguras emosi, sehingga untuk tugas ini, aku nggak bisa sekali duduk selesai. Untuk tugas lain, aku lebih suka sekali duduk selesai, tapi yang ini aku rasa nggak bisa. Hehe.
Jadi, aku akan sedikit ngomyeng di sini, hehe. Semua orang pernah punya salah. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Sebagian orang berharap untuk kembali ke masa lalu dan nggak melakukan kesalahan itu, sebagian lainnya melanjutkan hidup dengan rasa bersalah, sedikit lainnya bisa sembuh dan menyadari bahwa dirinya baik-baik saja. Jadi pertanyaannya, kenapa begitu?
Sebab kata Frankl dalam Man's Search For Meaning, tidak ada yang namanya hal buruk atau hal baik. Semua yang kita alami bisa menjadi baik atau buruk tergantung pada persepsi kita atasnya. (Terima kasih kepada si Bapak Psikolog Idaman Terganteng Viktor Frankl). Jadi, sebagian orang menganggap kesalahan sebagai pembelajaran atau apapun namanya yang berkaitan dengan hal baik untuk dirinya. Sementara sebagian lain menganggap kesalahan sebagai aib yang harus ditutup dari dirinya.
Kalau begitu, memang kita bisa mengubah persepsi kita sehingga kita bisa melihat apapun secara positif?
Oke. Persepsi atau cara pandang kita sangat dipengaruhi oleh keyakinan dan lingkungan mayoritas tempat kita tumbuh.
Tunggu, tunggu. Kalau begitu, kita nggak bisa mengubahnya?
Bisa, tentu bisa. Kecuali kelahiran, kematian, jodoh, dan nasi goreng adalah makanan terenak di dunia, aku rasa nggak ada hal lain yang nggak bisa diubah. Kita harus belajar. Sebagaimana Mary Riana belajar untuk mencintai kerja keras, kita juga harus belajar untuk meyakini bahwa kesalahan kita di masa lalu adalah media pembelajaran terbaik bagi kita untuk menjadi lebih baik.
Apakah menyimpan rasa bersalah itu adalah suatu masalah? Iya, jelas iya. Kalau kata Carl Rogers, nanti nggak bisa jadi "fully functioning person". Kalau nggak bisa jadi manusia yang berfungsi seutuhnya itu, maka kita nggak bisa mengaktualisasikan diri. Padahal, aktualisasi diri adalah kebutuhan meta setiap manusia. *senggol dan kedipin Pak Maslow* Kenapa gitu? Sebab ketika kita masih menyimpan rasa bersalah, kita nggak mungkin bisa menerima diri kita sendiri. Padahal, kita harus menerima diri sendiri untuk bisa dicintai. Hmm.
Btw, sudah ah. :)
Selamat siang,
untukku.
You need to talk, you need to share, and absolutely you need to be heard. But the fact is; a couple of ears will be bored to listen to you
Rabu, 21 Maret 2018
Rabu, 24 Januari 2018
Arima Kousei dan Kejujuran di Bulan Nopember
Aku di sini lagiii ^^
Here I am, finishing the job that should have done days ago, wkwk. Gapapa yaa, kalo kata Gamaliel, semua orang menyuruhmu berlari, tapi nggak pernah ada yang peduli apakah kamu terluka atau baik-baik saja, jadi "would you slow down?" ehehe. Btw, ini bukan pembelaan. Aku betul sibuk sejak minggu kemarin. Semalem sudah kelar semua sebetulnya, tapi wifi rumah mati, dan aku ga mungkin pergi keluar malam-malam.
Finally! Tugasku kelar sebelum deadline yeay! ^^
Ngomong-ngomong, liburan ini betul-betul produktif sampai aku nggak ngerasa libur, ehehe. Aku ke kampus beberapa kali seminggu, bawa pulang beberapa tugas rumah, pergi jualan ke Gunung Kidul, rekap barang masuk dan keluar, dan jadi mbak rumah tangga beberapa hari, wkwk. Yaaa, mamah-abah sempat ke Ponorogo beberapa hari, jadilah aku yang masak dan ngurusin urusan rumah lainnya, hehe.
Tadi, secara nggak sengaja, ketika aku ada di lampu merah, aku lihat gantungan kunci Kousei-ku. Aku tiba-tiba mikir, Kousei menandai hari pertama aku menjadi diriku sendiri ya. Aku lepas gantungan kunci yang sama dengan motor-motor lain di rumah dan menggantinya dengan Kousei. Setelah itu, aku melawan diriku sendiri dengan mengatakan apa yang selama ini ingin sekali aku katakan. Aku nangis, iya, seperti biasanya. Tapi aku terus bicara. Aku nggak lantas berhenti seperti sebelum-sebelumnya. Aku terus bicara, aku menolak diinterupsi. Semuanya berhasil keluar dari mulutku.
Aku sedikit banyak bangga juga bahwa aku selangkah lebih dekat dengan diriku sendiri. (Hey myself, wait for me upstairs!). Aku mengatakan semuanya, bahwa aku punya mimpi yang lain, bahwa cita-citaku mungkin berbeda, begitu pula caraku untuk menuju ke sana. Aku bukan anak perempuan manis yang penurut lagi.
Ehehe. Aku mau nangis dan tertawa bersamaan sekarang.
Salam dariku untuk diriku sendiri yang sedang menunggu beberapa langkah di depan.
Aku akan segera sampai :)
Here I am, finishing the job that should have done days ago, wkwk. Gapapa yaa, kalo kata Gamaliel, semua orang menyuruhmu berlari, tapi nggak pernah ada yang peduli apakah kamu terluka atau baik-baik saja, jadi "would you slow down?" ehehe. Btw, ini bukan pembelaan. Aku betul sibuk sejak minggu kemarin. Semalem sudah kelar semua sebetulnya, tapi wifi rumah mati, dan aku ga mungkin pergi keluar malam-malam.
Finally! Tugasku kelar sebelum deadline yeay! ^^
Ngomong-ngomong, liburan ini betul-betul produktif sampai aku nggak ngerasa libur, ehehe. Aku ke kampus beberapa kali seminggu, bawa pulang beberapa tugas rumah, pergi jualan ke Gunung Kidul, rekap barang masuk dan keluar, dan jadi mbak rumah tangga beberapa hari, wkwk. Yaaa, mamah-abah sempat ke Ponorogo beberapa hari, jadilah aku yang masak dan ngurusin urusan rumah lainnya, hehe.
Tadi, secara nggak sengaja, ketika aku ada di lampu merah, aku lihat gantungan kunci Kousei-ku. Aku tiba-tiba mikir, Kousei menandai hari pertama aku menjadi diriku sendiri ya. Aku lepas gantungan kunci yang sama dengan motor-motor lain di rumah dan menggantinya dengan Kousei. Setelah itu, aku melawan diriku sendiri dengan mengatakan apa yang selama ini ingin sekali aku katakan. Aku nangis, iya, seperti biasanya. Tapi aku terus bicara. Aku nggak lantas berhenti seperti sebelum-sebelumnya. Aku terus bicara, aku menolak diinterupsi. Semuanya berhasil keluar dari mulutku.
Aku sedikit banyak bangga juga bahwa aku selangkah lebih dekat dengan diriku sendiri. (Hey myself, wait for me upstairs!). Aku mengatakan semuanya, bahwa aku punya mimpi yang lain, bahwa cita-citaku mungkin berbeda, begitu pula caraku untuk menuju ke sana. Aku bukan anak perempuan manis yang penurut lagi.
Ehehe. Aku mau nangis dan tertawa bersamaan sekarang.
Salam dariku untuk diriku sendiri yang sedang menunggu beberapa langkah di depan.
Aku akan segera sampai :)
Langganan:
Komentar (Atom)